PENGERTIAN AL
– IDHOFAH ATAU MUDHAF WA MUDHAFUN ILAHI
الإضافة artinya yang
bersandar. Dalam tata bahasa Indonesia sama dengan bentuk kata majemuk campuran[1].
Dalam idhafah terdapat dua kata yang membentuk satu pengertian. Kata pertama
disebut mudhafun dan kata kedua disebut mudhafun ilaih.
Menurut Drs Muhammad
Thalib mengatakan bahwa idhofah adalah bersandar. Yakni kata kata kedua sandar
pada kata pertama sehingga membentuk dua kata yang memiliki satu makna.
seperti: kepala sekolah, rumah makan, balai desa, gedung pertunjukan, kebun
binatang, dsb.
Pak H. Mustafa
mengatakan bahwa “mudhaf dan mudhaf ilaihi” adalah rangkaian kosa kata atau
(isim) atau lebih yang menunjukkan kepada arti “milik” yang pertama disebut
“mudhaf” dan yang kedua disebut “mudhaf ilaihi”.[2] Maka
dapat disingkatkan lagi bahwa menurut pak mustafa “mudhaf dan mudhaf ilaihi”
adalah milik atau kepunyaan. berarti disini ada yang dimiliki dan ada yang
memiliki. Seperti pada contoh باب المدرسة yang artinya pintu
sekolah atau pintu kepunyaan sekolah. Sekolah yang memiliki dan pintu yang
dimiliki. Kata pertama disebutMudhaf, sedangkan kata yang
kedua disebut Mudhaf Ilaih.
Dalam bukunya Nurul
Huda menggunakan istilah frasa. Yakni: Frasa
idhafah (المركّب
الاضافي) yakni
menggabungkan kata benda dengan kata benda lain untuk memperoleh satu makna.[3] Menurutnya kata
prasa memang tidak ditemukan dalam bahasa arab, karena kata frasa bukanlah
berasal dari kata bahasa arab. Akan tetapi tidak adanya istilah tersebut
bukan berarti tidak ada konsef frasa dalam bahasa arab. Dalam ilmu gramatika
bahasa arab ada istilah Murakkab yang didefinisikan
sebagai ma turuqqiba min kalimataini fa aktsara’. Murakkab ini
ada banyak macam, ada murakkb idhafi, isnadi, bayani dll. Dari sekian banyak
murakkab , murakkab isnadi disebut juga dengan jumlah. Murakkab ini setara
dengan klausa. Sedangkan murakkab yang lainnya tergolong atau setara dengan
kategori frasa (murakkab ghairu isnadi).
Sedangkan dalam
bukunya mulakhash menggunakan bahasa majrur bi al-idhafah (المجروور باالإضافة) . yakni:
يكون الاسم مجرورا إذا كان مضافا إليه
: والمضاف إليه هو اسم او ضمير ينسب الى اسم
سابق . [4] مثل
: زرت حديقة الآسماكِ
(وتسمى
حديقة مضافا. وتسمى الآسماكِ مضافا اليه )
المضاف يكون عادة نكرة و يعرب بحسب موقعه
فى الجملة
مثل : سورُ الحديقةِ مرتفع (سور : مبتدأ
مرفوع با الضمة)
أخذت كتابَ التلميذ (كتابَ : مفعول به
منصوب با لفتحة)
Sedangkan dalam
bukunya kaidah tata bahasa arab menyatakan bahwa mudhafun ilaih adalah isim
yang dimajemukkan dengan isim sebelumnya dengan maksud menjadikannya ma’rifat
atau mengkhususkannya. [5]
Contoh: كتابُ
زيدٍ = buku zaid. Jika isim yang di idhafatkan itu bertanwin maka di
buang tanwinnya seperti pada contoh.
Pak
iman saiful mu’minin menyatakan dalam kamusnya, Idhafah adalah
pertalian suatu struktur antara dua kalimat isim yang menyebabkan kalimat isim
yang kedua tersebut dibaca jar selamanya.[6]
Dan dikuatkan dengan
pendapat Moch Anwar bahwa:[7]
نسةٌ تقيديةٌ بين شيئينِ تقتضى انجرار
ثانيهما
Idhafah adalah nisbah
taqyidiyah (pertalian) antara dua perkara (dua isim) yang menyebabkan isim
kedua beharokat jar.
B. Ketentuan – Ketentuan
Dalam Pembentukan Al- Idhafah
Dalam membuat
al-idhafah adada hal-hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam
pembentukannya, yakni:[8]
1. Isim yang berstatus
“Mudhaf” tidak dimasuki alif lam
2. Isim yang berstatus
“Mudhaf ilaihi” selalu hukumnya majrur.
3. Isim yang berstatus
“Mudhafun ilaih” tidak selalu beralif lam, yakni boleh dalam bentuk ma’rifah
dan boleh pula dalam bentuk nakirah
4. Menunjukkan kepada
arti milik tidak disisipkan kata yang
Dapat di perhatikan beberapa contoh dibawah ini :
لونُ القميصِ = warnanya baju itu
قلمُ الأستاذِ = polpennya
guru itu
مجلة الموظف = majallahnya pegawai itu
|
لونُ قميصٍ = warnanya sebuah baju
قلمُ أستاذٍ = polpennya seorang guru
مجلة موظفٍ = majallahnya seorang
Pegawai
|
Sedangkan dalam kitab
al-muyassara menyatakan bahwa syuruuthu al-idhafah (شروطُ الإضافةَ)[9], ada tiga yakni:
· أن
لايكون المضاف منونًا.
مثل : كتابٌ = كتابُ
علىٍّ بابٌ
= بابُ الفصلِ
Tanwin dan idhafah
selamanya tidak akan bisa bertemu, seperti ungkapan penyair :[10]
كأَنِّي
تَنْوِيْنٌ وَأَنْتَ إضَافَةٌ . فأينَ تَرَانِي لَاتَحُلّ
مكانِيَ
“Aku seolah tanwin,
sedangkan kamu adalah idhafah. Dimana saja kamu bertemu aku, maka kamu tidak
boleh menumpang di tempatku.”
· أن
تحذفَ انونُ إذا كانَ المضافُ, مثنى , او جمعا
مثل : كتابان = كتابَا
علىٍّ بيتان
= بيتَا محمّدٍ
يدان
=
يدَاكَ رجلان
= رجلَاىَ
مسلمون
= مسلمو
مصرَ معلّمون
= معلّمو المدرسةِ
· أن
تجذفَ الألفُ و اللامُ من المضافِ
مثل : الرسول = رسولُ
اللهِ البيتُ
= بيتُ اللهِ
Dengan melihat poin-poin dari ke dua referensi diatas
maka dapat kami abstrakkan dan rumuskan bahwa ketentuan-ketentuan al-Idhafah
adalah:
Na’rifah + Ma’rifah = Idhafah à Rafha , mudhaf
== tanwin
C. Jenis- jenis Idhafah
menurut Drs Muhammad
Thalib dalam bukunya idhafah dapat dibedakan menjadi dua, yakni
Idhafah kepada Isim Zhahir dan idhafah kepada isim dhamir.[11]
1. Idhafah kepada Isim
Zhahir
Isim zhahir ialah
semua isim yang menyatakan nama benda baik yang kongkrit maupaun yang abstrak.
Contohnya :
عمرُ
أميرُ الأمّةِ = umar pemimpin ummat
هذا
كتابُ تلميذٍ =
ini kitab seorang siswa
جاكرتَا
عاصمةُ إندونسييَا = jakarta ibukota indonesia
2. Idhafah kepada Isim
Dhamir
Isim dhamir adalah
lawan dari isim zhahir. Dan yang dimaksud dengan isim dhamir adala semua kata
ganti nama, misalnya: saya, kamu, dia, dll. Contohnya :
بيتي =
rumahku
تلك
مدرستي = itu adalah sekolahku
هي
أمكِ =
dia adalah ibuku
فاطمةُ
صاحبها = fatimah adalah sahabatnya
dan menurut nurul huda
dalam bukunya, Idhafah dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu Idhafah
ma’nawiyah dan idhafah lafziyah.[12]
Idhafah ma’nawiyah adalah
idhafah yang adanya penggabungan tersebut dimaksudkan untuk men-ta’rif atau
menspesifikkan mudhaf. Sedangkan, idhafah lafdziyah adalah idhafah yang
penggabunganya tidak dimaksudkan demikian. Namun tujuannya hanya sekedar
peringatan dalam hal ucapan (lafzh) saja. Yaitu dengan adanya peniadaan tanwin
atau nun pada jama’ maudzakkar dan tatsniyah.[13]
Suatu Idhafah dapat
dikatakan idhafah lafzhiyah adalah apabila menyandarkan kata bentuk (musytaq)
pail, maf’ul dan atau bentuk musyabbihat terhadap maf’ul dan atau bentuk sifat
musyabbihat terhadap (mudhafun ilaih) orang atau sesuatau yang menjadi
pelaku atau yang menjadi objek berkenaan. Misalnya :
طالبُ العلمِ : pencari
ilmu
نُصَّارُ
المظلومِ : penyelamat yang teraniaya
طالبوْ
الإله : para pencari tuhan
علّامُ
الغيوبِ : yang paham hal-hal ghaib
حسنُ
الخلقِ : yang bagus perangainya
Bagi idhafah lafdziyah
dilihat dari aspek makna yang ditimbulkan dari penggabungan tersebut di
antaranya dapat dikelompokkan menjadi lima macam yakni sebagai berikut.[14]
a. Al-Idhafah Al-
Lamiyah ( الإضافة اللامية )
Yaitu idhafah yang
menyatkan makna milik atau kepunyaan. Dengan
catatan mudhaf haruslah berupa kata benda identif (نكره) dan mudhafun ilaih berupa orang atau yang diorangkan.
Contohnya :
غلامُ
زيدٍ = pembantu
zaid
بيت
الأستاذةِ = rumahnya guru (pr) itu
كتبُ
أبائكم = buku-buku
bapak kalian
غرفتى = kamar
ku
حبيبةُ
صاحبِ مروانِ = kekasih teman
marwan
Pada idhafah ini ada kata yang memiliki peraturan
khusus yakni:
آخ , فم , حم, أب, هن, ذو Kata-kata ini jika dia berfungsi sebagai marfu maka
ditandai dengan waw, sedangkan jika dia berfungsi sebagai mansub maka ditandai
dengan alif dan majrur dengan ya. Contoh :
فمّو على =
mulut ali
فمّاه =
mulutnya
ذوا الجوّالة =
pemilik sepeda motor
|
ابو زيدٍ =
bapaknya zaid
اخا زلفة =
saudaranya zulfah
ذاالسيارة =
pemilik mobil
|
b. Al-idhafah Al-Bayaniyah (الإضافةُ
البيانيّةُ )
Yaitu idhafah yang menyatakan penjelasan dalam
artian mudhaf ilaih menjelaskan jenis atau
bahan dari mudhaf dengan catatan, mudhaf ilaih merupakan bagian
atau jenis dari mudhaf. Seperti :
بابُ
ساجٍ =
Pintu jati
خاتمُ
حديدٍ = Cincin besi
صحنُ
السجاجِ = Piring kaca
حذاءُ
السجاجِ = Sepatu kaca
c. Al-Idhafah Zharfiyah ( الإضافة الظّرفيّة )
Yaitu idhafah yang menyatakan dimensi ruang atau waktu. Dengan catatan,
mudhaf ilaih merupakan kata yang menunjukkan zharf dimensi atau ukuran ruang
(makan) atau waktu (zaman), misalnya:
= رفيقُ
المدرسةِTaman sekolah
= مسكانُ
المدينةِPenduduk madinah
= أدواتُ
المطبحِPerlengkapan dapur
= مديرُ
المدرسةِKepala sekolah
= سوقُ
الليلِPasar malam
= نظمُ
الجامعةِPeraturan kampus
d. Al-Idhafah Al-Adadiyah ( الإضافة العدديّة )
yaitu idhafa yang menyatakan
jumlah/bilangan benda. Dengan catatan, mudhaf harus berupa kata
bilangan, sedangakan mudhaf ilaih berupa sesuatu benda yang dihitung dan daam
bentuk kata jamak. Apabila mudhaf ilaih berupa muannats maka mudhaf memakai
bilangan mudzakkar, sedangkan apabila mudhaf ilaih berupa kata mudzakkar maka
mudhaf harus memakai bilangan muannats. Namun perlu diingat, idhafah ini
berlaku hanya beberapa bilangan saja. Contoh:
ثلاثةُ الأقلامِ = tiga pena
= خمسةُ الطروقِlima metode
= خمسةُ سياراتٍ lima mobil
|
= أربعةُ كتبٍempat buku
= الفُ رجالٍseribu orang
= ستُّ بكورٍenam perawan
|
e. Al-Idhafah Tafdhliyah ( الإضافة التّفضيليّة )
Idhafah yang
menyatakan sifat sesuatu yang ter- atau
paling. Dengan demikian, unsur mudhaf harus berupa kata sifat bentuk
tafdil, sedangkan mudhaf berupa kata kebebdaan.
= خيرُ
الناسِSebaik-baiknya
manusia
= أفضالُ
العلمِIlmu paling istimewa gadis tercantik
= أكرمُكمْYang termulia diantara
kalian
= أفضالُ
الصلاةِShalat
paling istimewa
= أعلَى
الدرجاتِDerajat
tertinggi
Sedangkan menurut
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini membagi idhafah atas tiga bagian sesuai
dengan maknanya[15].
Yakni sebagai berikut :
1. Idhafah yang ditakdir
mengandung makna lam, (اللام)
dan ini yang paling
banyak, seperti dalam contoh:
غلامُ
زيدٍ = pelayan zaid
ثوبُ
بكرٍ = pakaian bakar
Sebenarnya makna
lengkap dari kedua contoh diatas ialah:
غلامٌ
لزيدٍ = pelayan kepunyaan Zaid
ثوبٌ
لبكرٍ = pakaian milik Bakar
2. Idhafah yang ditakdir
mengandung makna mim, (من )
ثوبُ
خرّ = pakaian sutra
بابُ
ساجٍ = pintu kayu
Sebenarnya makna
lengkap dari kedua contoh diatas ialah:
ثوبٌ
مِنْ خرّ = pakaian dari sutra
بابٌ
منن سجٍ = pintu dari kayu
3. Idhafah yang ditakdir
mengandung makna fii (,في)
بَلْ
مَكْرُ اللّيلِ = (tidak) sebenarnya tipu daya (mu) diwaktu malam
(saba:33)
يا
صَاحِبَيِ السجْنِ = hai kedua teman ku dalam penjara (yusuf:39)
Sebenarnya (takdirnya)
makna lengkap dari kedua contoh diatas ialah:
بل
مكرٌ فى اللّيلِ
يا
صَاحِبَيَّ فى السجْنِ
Dalam bukunya muhammad
muhyiddin abdul hamid menspesifikasikan lagi dari ketiga hal diatas, yakni
dengan dengan memberikan batasan-batasan dari ketiga pemaknaan diatas[16],
yaitu:
1. Batasan pengidhafaan
yang mengandung makna min adalah mudhaf merupakan bagian atau sebagian dari
mudhaf ilaih.
بابُ
ساجٍ = pintu kayu à kayu merupakan
bagian dari pintu
2. Batasan pengidhafaan
yang mengandung makna fii, adalah mudhafun ilaih harus merupakan zharaf bagi
mudhaf, seperti pada:
بَلْ
مَكْرُ اللّيلِ à kata اللّيلِ merupakan zharaf bagi
kata مَكْرُ
3. Adapun pengidhafan
yang mengandung makna lam adalah seluruh pengidhafan yang tidak memiliki
batasan seperti kedua jenis pengidhafahan yang telah disebutkan sebelumnya.
No comments:
Post a Comment