Pengertian Istitsna
Istitsna merupakan kata penghubung yang fungsinya
menggabungkan menyatakan pengecualian. yang dikecualikan disebut mustatsna
minhu dan yang terkecualikan disebut mustatsna.[1]
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Mustatsna adalah
isim yang berada setelah adat/alat Ististna yang keadaan hukumnya
berbeda dengan hokum Mustastna Minhu, yaitu lafadz yang disebut sebelum lafadz
alat ististna.
Dalam kitab. “Syarah Mukhtasir Jiddan Ala Matan
Al-Jurumiyyah”. Kami temukan bahwa Al-Ististnayaitu
المستثنى
اسم منصوب يقع بعد اداة من ادوات الاستثنى ليخالف ما قبلها فى الحكم[2]
B. Macam-macam Istitsna
Dalam “Syarah Mukhtasir Jiddan Ala Matan
Al-Jurumiyyah”. Kami temukan bahwa huruf Al-Ististna ada
8.
وحروف
الاستثنى ثنامية وهي الا وغير وسوى وسوى وسواء وخلا وعدا وحش[3]ا
Begitu
pun menurut kitab ilmu nahwu terjemahan matan al-ajurumiyyah dan ‘imtithy bahwa
huruf istitsna ada 8 macam yaitu sebagai berikut[4]:
1. إلاّ contohnya seperti
: جَاءَ القَوْمُ إلاّ زَيْدًا
2. غَيْرُcontohnya seperti
: جَاءَ القَوْمُ غَيْرُّ زَيْدًا
3. سِوَىً
4. سُوىً
5. سَوَاءٌ
6. خَلاَ
7. عَدَا
8. حَاشَا
Adapun
dalam kitab karangan Nurul Huda mengatakan bahwa kata penghubung ini memiliki
beberapa varian, yaituحاَشاَ ،خلا ،عَدَا ،غَيْرُ ،سِوَى
،إلاَّ diantara
varian v ariannya ini memiliki kegunaan dan aturan:[5]
1. إلاَّkata penghubung
istisna ini memiliki beberapa ketentuan dalam penggunaanya yaitu:
a. Kata setelah kata
penghubung ini harus mansub apabila berada setelah kalimat sempurna positif dan
bukan kalimat larangan. Contoh:
حَضَرَ التَلاَمِيْزُ إلاَّ زَيْدً para siswa telah
hadir kecuali zaid
b. Kata setelah kata
penghubung ini boleh mansub dan boleh juga mengikuti I’rabnya kata
sebelumnya إلاَّ( sesuatu yang dikecualikan ), hal ini
apabila berada pada kalimat sempurna negatif atau kalimat larangan.
Contoh:
ماَ أَنْظُرُ أَحَدًا إلاَّ فَاطِمَةَ saya tidak melihat
seorangpun kecuali fatimah
c. Kata setelah kata
penghubung ini ketentuan tasykil I’rabnya disesuaikan sesuai fungsinya apabila
berada kalimat yang belum sempurna. Contoh:
مَا قَام إِلاَّ سُلَيْمَانُ tidaklah
berdiri kecuali sulaiman
2. سِوَىdanغَيْرُkata yang jatuh
setelah kata penghubung ini berfungsi sebagai mudhaf ilaih,
sedangkan tasykil I’rabnya berada pada kata penghubung ini dan ketentuannya
sama seperti ketentuan kata yang jatuh setelah penghubungإلاّ .Contoh:
مَا أَنْضُرُ أَحَدًا غَيْرُ فاَطِمَةِsaya tidak melihat
seorang pun kecuali fatimah
3. حاَشاَ
،خلا ،عَدَاkata
yang jatuh setelah kata penghubung ini boleh manshub boleh majrur. Apabila
manshub berarti kata penghubung ini dianggap sebagai kata kerja, sedangkan
apabila setelahnya majrur maka kata penghubung ini dianggap preposisi. Contoh:
زُرْتُ مَسَاخِدَ المَدِينَةِ خَلاَ وَاحِدًا/ وَاحِدٍmasjid masjid kota
telah saya
kunjungi
kecuali satu
C. Ketentuan ‘Irabnya
المستثنى
با الاَّ[6]
اذا
كان الكلام تاما موجبا وجب النصب
-رجع الطلاب
الاّ ولدين
اذا
كان تاما منفيّاحازالنصب والاتبع
-ما رجع
الطلاب الاّ ولدين\ولدان
اذاكان
ناقصا على حسب العوامل
-ما مززت
الاّ بزحلٍ
ما
ابتكز الاّ حسنٌ
Contoh
lain
جَاءَ الضَّيُوْفُ إِلاَّ حَسَنًاpara tamu datang kecuali hasan
خَشُعَ العُلَمَاءُ إلاَّ زَيْدًا para
kiai khusyu’ kecuali zaid
مَهَرَ الاَسَاتِيْزُ إلاَّ عَلَيًّا para
guru pintar kecuali ali
Orang-orang
yang dikecualikan pada contoh-contoh diatas (hasan, said, ali) dalam istilah
gramatika bahasa arab disebut mustasna. Hukum I’rab ini harus nasab. Oleh
karena itu, I’rab hasan, zaid dan ali harus nasab karena semuanya telah
mustasna.[7]
Adapun
menurut kitab karangan Muhammad Thalib yakni isim yang terletak
sesudah اِلَّاharakatnya ada 3 macam:
1. harakat مُسْتَثْنَىwajib نَصْبٌ apabila kalimat
sebelumnya sempurna dan positif (مْثْبَتٌ)
contoh: يَرْجِعُ الْحُجَّاجُاَمِنِيْنَ اِلاَّ
قَلِيْلاً
2. harakat مُسْتَثْنَى boleh نَصْبٌatau mengikuti
harakat مِنْهُمُسْتَثْنَىapabila kalimat
sebelumnya negatif ( مَنْفِيٌّ)
contoh: اِلَيْهِ سَبِيْلاً
اِلاَّ مُستَطِيْعًا/ مُسْتَطيْعٌلاَ يَجِبُ كُلُّ مُسْلِمٍ اَنْ يُؤَدِّيَ
الْحَجُّ
3. harakat مُسْتَثْنَى sesuai dengan
kedudukannya apabila مِنْهُمُسْتَثْنَى /kalilmat sebelumnya
tidak sempurna نَاقِصٌ
Adapun
menurut kitab karangan Zakariah ketentuan ‘irabnya sebagai berikut:
1. Jika kaliomatnya تام
موجباmaka
mustasnya wajib manshub.
2. Jika kalimatnya تام
منفيا maka mustasnanya boleh manshub dan boleh
itba’ ( mengikuti I’rab mustasna minhu. Jika kalimatnyaناقصا , maka
mustasnanya tergantung kebutuhan.
Jika
butuh fa’il dijadikan fa’il dan dibaca marfu’. Jika butuh maf’ul bih
dijadikan maf’ul bih dan dibaca manshub.[9]
a. Mustasna dengan (خلا- عدا- حاش)
Adapun
mustasna dengan menggunakan lafadz tersebut maka boleh manshub manshub dan
boleh majrur. Sedangka n jika dimasuki لا
النا فيةmaka
wajib manshub. contoh:
نخح
الطلاب خلا عليًّا عليٍّ
مرض
القوم ما عدا حسنًا
نخح
الطلاب ما حاشا محمّدً
b. Mustasna denganسِوى dan غير
adapun mustasna denganسِوى dan غير maka selamanya harus
majrur sebagai مضاف اليهsedangkan hukum ketentuanغير
سوىadalah
seperti hukum ketentuan yang berada setelah الا
تاما
موجبا
رسب
الطلاب غيرَ عليِّ
نجح
الطلاب سوي حسنٍ
تاما
منفيًّا
ما
رسب الطلاب غيرَ عليِّ
ما
نجح الطلاب سوي حسنٍ
No comments:
Post a Comment